Persaingan bisnis di Era Digital semakin ketat, perubahan yang terjadi Era Digital mengakibatkan terjadinya Disrupsi dan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), yang berdampak pada kesiapan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Perusahaan. Pada Era Digital ini, perubahan pada bisnis terus terjadi sehingga karyawan perlu meng-upgrade ilmu dan skill sesuai perkembangan zaman. Salah satu cara efektif yang mampu mendorong produktivitas serta kualitas karyawan adalah dengan pelatihan karyawan yang terintegrasi.
Salah seorang ahli dalam perilaku organisasi, Stephen Robbins, mendefinisikan pelatihan sebagai “a planned effort to facilitate the learning of job-related knowledge, skills, and behavior by employees” atau “upaya yang direncanakan untuk memfasilitasi pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang terkait dengan pekerjaan oleh karyawan.”
Mengapa Pelatihan Terintegrasi Itu Penting?
Pelatihan terintegrasi adalah pendekatan holistik yang menggabungkan berbagai metode belajar, dari sesi tatap muka hingga pelatihan online yang interaktif, serta pendekatan berbasis pengalaman di lapangan. Program ini mengedepankan kolaborasi antara berbagai unit dalam perusahaan, memastikan bahwa setiap bagian dari organisasi dapat saling mendukung dalam mengembangkan potensi individu.
Selain itu, ada beberapa manfaat pentingnya perusahaan memberikan pelatihan kepada karyawan; Menumbuhkan leadership. Selama pelatihan, karyawan dilatih untuk memaksimalkan beragam skill yang berguna di masa depan, seperti memimpin teamwork baik langsung maupun secara digital, melakukan komunikasi secara efektif dan kemampuan manajerial sesuai kebutuhan karyawan.
Menanamkan value dan komitmen karyawan. Pelatihan SDM yang tepat bisa dimulai dengan menanamkan apa yang menjadi value perusahaan, dan bagaimana melatih karyawan agar memiliki komitmen pada karakter moral dan karakter kinerja yang diharapkan perusahaan. Memberikan pelatihan juga bermanfaat agar karyawan merasakan empati dan kepedulian perusahaan terhadap pengembangan karir karyawan. Tentu saja hal ini diharapkan memiliki dampak positif kepada karyawan sehingga target pekerjaan yang diberikan kepada karyawan bisa dicapai.
Meningkatkan Inovasi. Pelatihan karyawan dapat merangsang pemikiran kreatif dan inovasi pada karyawan, karena pelatihan akan menstimulasi karyawan untuk menemukan solusi-solusi baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
Pelatihan karyawan yang terintegrasi dalam mengembangkan kualitas SDM memiliki beberapa tujuan, seperti meningkatkan produktivitas karyawan. Produktivitas yang tinggi berarti karyawan mampu menyelesaikan pekerjaan lebih banyak dari sebelumnya.
Meningkatkan kualitas setiap SDM. Program pengembangan karyawan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas setiap SDM yang ada di perusahaan. Dengan meningkatkan kualitas karyawan, perusahaan akan lebih mudah mencapai tujuan serta bertahan di tengah persaingan bisnis serupa.
Menyeimbangkan antara belajar dan praktik. Melalui pelatihan pengembangan karyawan, karyawan akan mampu mempelajari sesuatu yang baru secara efektif. Pelatihan karyawan yang diperuntukkan pada karyawan baru bisa dilakukan dengan target melatih kemampuan dan cara berpikir karyawan, sehingga karyawan akan terasah dan terus berkembang seiring waktu.
Menyalurkan ilmu. Pelatihan biasanya dilakukan oleh karyawan yang sudah berpengalaman ke karyawan baru. Melalui pelatihan dan pengembangan, para karyawan senior berkesempatan menyalurkan ilmu serta insight baru kepada penerusnya. Hal ini bertujuan positif, agar SDM di perusahaan tetap berkualitas dan terus berkembang.
Menekan tingkat turnover. Nilai turnover menunjukkan tingkat pergantian karyawan di suatu departemen atau perusahaan. Jika tingkat turnover cukup tinggi di perusahaan, maka bagian HRD perlu melakukan sesuatu agar angkanya menurun. Salah satu caranya yang digunakan adalah membuat pelatihan karyawan. Dengan adanya pelatihan, karyawan akan merasa salah satu kebutuhan pribadinya terpenuhi.
Dan yang terakhir adalah meminimalisir risiko. Beberapa pelatihan dirancang untuk meminimalisir risiko. Contoh: pelatihan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), pencegahan dan penanganan pelecehan di lingkungan kerja, dan sebagainya.
Berikut beberapa teknik dan proses pelatihan terintegrasi untuk meningkatkan kinerja karyawan yang berdaya saing:
Pertama; Pelatihan Berbasis Kompetensi. Pelatihan ini fokus pada pengembangan kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kedua; Pelatihan On-the-Job. Pelatihan yang langsung dilakukan di tempat kerja untuk meningkatkan keterampilan praktis. Ketiga; Pelatihan E-Learning. Pelatihan online yang fleksibel dan efisien. Keempat; Pelatihan Kolaboratif. Pelatihan tim untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama. Kelima; Pelatihan Mentorship. Pelatihan dengan bimbingan mentor berpengalaman.
Perusahaan dapat melakukan proses pelatihan dengan cara menganalisis kebutuhan pelatihan berdasarkan evaluasi kinerja karyawan. Setelah menganalisis kebutuhan, hal selanjutnya adalah membuat perencanaan pelatihan yang jelas dan terstruktur. Setelah membuat perencanaan pelatihan, perusahaan pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh perusahaan sesuai pelatihan yang akan digali pada materi-materi yang relevan dan efektif.
Pelaksanaan Pelatihan. Perusahaan harus melakukan pelatihan dengan teknik yang tepat.
Ada lima strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk merencanakan Pelatihan Terintegrasi; Pertama, Integrasi yang dibuat adalah Integrasi yang relevan dengan Tujuan Perusahaan, perusahaan harus memastikan pelatihan sejalan dengan tujuan perusahaan. Kedua; keterlibatan Pemangku Kepentingan, melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pelatihan. Ketiga; penggunaan Teknologi, perusahaan dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi pelatihan. Keempat; Pengembangan Budaya Belajar, perusahaan seharusnya dapat menciptakan budaya belajar yang mendukung pertumbuhan karyawan.
Terakhir, Pengukuran Kinerja, perusahaan dapat mengukur kinerja karyawan sebelum dan setelah pelatihan dilakukan.
Beberapa contoh pelatihan terintegrasi yang dapat diterapkan oleh perusahaan antara lain seperti Program pelatihan leadership untuk karyawan senior, pelatihan teknologi informasi untuk karyawan IT, program pelatihan bahasa Inggris untuk karyawan yang berinteraksi dengan klien internasional, pelatihan keamanan dan keselamatan kerja untuk karyawan produksi, program pelatihan pengembangan diri untuk karyawan baru.
Salah satu perusahaan yang telah menerapkan pelatihan terintegrasi adalah PT Bank Mandiri Tbk. Bank milik negara ini sudah lama menerapkan tata kelola, risiko, dan compliance yang baik, terarah dan cepat. Semua itu karena sistem yang ada di Bank Mandiri sudah terintegrasi satu sama lainnya. Atas capaian itu, pada ajang bergengsi GRC & Performance Excellence Award 2020, Bank Mandiri meraih tiga penghargaan, yakni pada kategori The Best GRC Overall for Corporate Governance & Performance 2020, Best CEO & GRC Leader 2020 dan The Best CRO & GRC Leader 2020.
Bank Mandiri memiliki beberapa program pelatihan terintegrasi, diantaranya; Srikandi Mandiri. Program yang memberikan wadah bagi pegawai perempuan untuk mengomunikasikan dan mendapatkan dukungan dalam menghadapi tantangan sebagai perempuan bekerja.
Program ini meliputi: Physical Wellbeing Program, Mental Health Program , Fun Program, Respectful Workplace Policy Awareness, Women Leadership Program Officer Development Program (ODP), Program pelatihan dan pengembangan diri untuk fresh graduate lulusan S1 dan S2 yang memiliki pengalaman kerja kurang dari 4 tahun. Program ini meliputi On-the-Job Training (OJT) selama 5 bulan dengan rotasi ke berbagai departemen.
Pelatihan terintegrasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan yang mendesak di dunia kerja saat ini. Perusahaan yang berinvestasi pada pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kualitas pekerjanya, tetapi juga membangun daya saing jangka panjang di pasar yang semakin kompetitif.
Dengan pendekatan yang tepat, pelatihan terintegrasi dapat menjadi landasan kokoh untuk menciptakan tenaga kerja yang cakap, adaptif, dan siap menghadapi tantangan di era digital.
*Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Terima kasih atas bimbingan Prof. Dr. Elisabet Siahaan, SE, M.Ec