Peningkatan persentase penduduk berumur 5 tahun ke atas yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dari 69,21 persen pada tahun 2023 menjadi 72,78 persen pada tahun 2024 (BPS 2024), mencerminkan semakin luasnya akses masyarakat terhadap teknologi.
Hal ini juga berimplikasi pada dunia kerja, di mana semakin banyak karyawan yang mahir menggunakan alat komunikasi dan informasi. Peningkatan literasi digital ini berkontribusi pada efisiensi dan produktivitas kerja, terutama dalam penggunaan aplikasi berbasis teknologi untuk koordinasi, pengelolaan data, dan penyelesaian tugas.
Dalam Era Society 5.0, kinerja karyawan semakin ditopang oleh pemanfaatan teknologi seperti kecerdasan buatan/Artificial Intelligence (AI), big data, dan Internet of Things (IoT). Dengan memanfaatkan teknologi canggih mampu membantu meningkatkan efisiensi operasional, pengambilan keputusan berbasis data, serta otomatisasi proses yang sebelumnya memerlukan waktu dan sumber daya yang banyak.
Sektor informasi dan komunikasi menjadi salah satu sektor yang paling berperan dalam mendukung peningkatan kinerja karyawan, menurut data dari BPS sektor informasi dan komunikasi mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 6,86% pada triwulan III tahun 2024, yang mencerminkan bagaimana teknologi digital berkontribusi pada penguatan fondasi ekonomi organisasi.
Kinerja di Tengah Perubahan Teknologi
Peran karyawan di era teknologi tidak lagi sekadar melaksanakan tugas-tugas operasional. Dengan perubahan teknologi melalui otomatisasi yang semakin luas, pekerjaan rutin yang dilaksanakan berulang kini dapat dilakukan oleh mesin, sehingga karyawan dituntut untuk fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas, analisis strategis, dan kemampuan problem solving dalam menghasilkan ide-ide baru, merancang strategi yang adaptif, dan memimpin perubahan di lingkungan yang dinamis.
Kreativitas di era teknologi bukan hanya tentang menghasilkan ide baru, tetapi juga kemampuan untuk berinovasi dengan teknologi dengan cara menggunakan alat teknologi untuk menciptakan produk atau layanan yang unik dan berbeda seperti desain produk berbasis AI atau platform digital.
Analisis strategis melibatkan kemampuan untuk menganalisis situasi kompleks dan membuat keputusan yang berdampak jangka panjang dengan cara memahami data dan tren dengan menggunakan analitik data untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman bisnis.
Sementara itu problem-solving di era teknologi berfokus pada penyelesaian masalah yang kompleks dengan pendekatan inovatif seperti memanfaatkan chatbot berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi layanan pelanggan.
Tips & Trick Meningkatkan Kinerja di Era Society 5.0
1.Mengembangkan keterampilan digital yang sesuai dengan kebutuhan teknologi saat ini, seperti AI, big data, dan analitik.
2.Mengikuti program pelatihan dan pembelajaran berkelanjutan sangat penting untuk memastikan tenaga kerja tetap kompeten dalam menghadapi perubahan yang terus berkembang.
3.Mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk memperkuat kolaborasi tim, baik dalam lingkungan jarak jauh maupun hybrid untuk membantu meningkatkan produktivitas.
4.Selalu siap beradaptasi dengan teknologi baru atau perubahan sistem kerja
5.Prioritaskan keseimbangan teknologi dan kemanusiaan dengan tidak hanya mengandalkan teknologi, tetapi juga fokus pada interaksi manusia yang bermakna.
6.Jadikan tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
7.Ajukan ide-ide inovatif yang memanfaatkan teknologi untuk kemajuan organisasi.
8.Bekerjasama dengan tim untuk menciptakan solusi yang berdampak positif pada perusahaan dan masyarakat.
9.Dengan memanfaatkan analitik data organisasi dapat membuat keputusan yang lebih terukur dan berdasar pada fakta. Hal ini memungkinkan pengembangan kebijakan yang lebih efektif, yang berdampak langsung pada peningkatan kinerja.
Dengan menggabungkan keterampilan teknologi, soft skills, dan mindset yang proaktif, kinerja dapat ditingkatkan secara signifikan di era Society 5.0.
Tantangan dan Solusi untuk Masa Depan
Era Society 5.0 menghadirkan peluang besar dalam meningkatkan kinerja individu dan organisasi melalui pemanfaatan teknologi canggih. Namun, berbagai tantangan juga muncul seiring dengan transformasi tersebut. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan keterampilan (skill gap) yang semakin melebar, di mana banyak pekerja belum siap menghadapi perubahan teknologi yang begitu cepat.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengadakan program reskilling dan upskilling untuk mengembangkan keterampilan baru seperti data analysis, AI, dan digital marketing. Selain itu, adaptasi terhadap teknologi baru juga menjadi tantangan utama. Tidak semua individu dapat dengan cepat beradaptasi dengan teknologi canggih seperti AI, IoT, dan big data.
Untuk mengatasi hal ini, penting untuk meningkatkan literasi digital melalui pelatihan bertahap dan pendampingan teknologi. kolaborasi teknologi dengan manusia harus tetap menjaga keseimbangan agar kreativitas dan interaksi sosial tetap terjaga.
Keamanan data dan privasi juga menjadi perhatian serius di era ini. Dengan semakin masifnya penggunaan teknologi digital, risiko kebocoran data dan pelanggaran privasi semakin meningkat.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan sistem keamanan yang kuat, seperti enkripsi data dan multi-factor authentication, serta memberikan edukasi kepada karyawan mengenai pentingnya menjaga keamanan data.
Selain itu, ketimpangan akses teknologi menjadi tantangan lain yang perlu diatasi. Tidak semua individu atau daerah memiliki akses yang sama terhadap teknologi canggih dan infrastruktur digital. Solusinya adalah dengan membangun akses teknologi yang lebih merata melalui program inklusivitas digital, serta kerja sama antara pemerintah, perusahaan, dan institusi pendidikan untuk mempercepat pemerataan teknologi.
Model kerja fleksibel seperti jarak jauh atau hybrid juga menimbulkan tantangan dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk menetapkan aturan kerja yang jelas serta menyediakan program kesejahteraan karyawan, seperti konseling dan jadwal kerja yang fleksibel, untuk meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan keseimbangan hidup.
Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Manajamen FEB Universitas Sumatera Utara di bawah bimbingan Prof. Dr. Elisabeth Siahaan, M.Ec.